Kamis, 04 Maret 2010

Pasrah Bukan Berarti Menyerah

Amir dan Budi sedang berenang di pinggir pantai, Amir adalah
seorang juara renang, kemampuan menyelamnya pun patut diacungi jempol. Sedangkan Budi, ia hanya bisa berenang dengan gaya asalan, yang penting bisa mengambang dan tidak tenggelam. Semakin asik mereka berenang, tanpa mereka sadari sudah berada jauh dari pantai. Sambil mengambang, dengan mimik gelisah, Budi mengajak Amir balik ke pantai. Melihat ketakutan sahabatnya, Amir yang jagoan renang malah menertawakannya. Tetapi tiba-tiba cuaca berubah, langit mendung dan berawan, angin mulai berhembus kencang, dan gelombang mulai menjadi ombak. Tubuh mereka mulai dihantam gelombang pasang, dan arus mulai menyeret menuju ke
tengah lautan. Spontan mereka berdua mulai panik dan berusaha berenang ke arah pantai.



Berdua mereka berenang menembus gelombang dan badai. Tapi apa yang terjadi? Mereka hanya berenang di tempat! Arus gelombang membuat mereka tidak bisa melaju. "Ah kiranya ajalku sudah tiba... Oh Tuhan, berilah hamba kekuatan...", doa Budi dalam ketakutan, karena dirinya sudah tidak kuat lagi bertahan. Dilihatnya Amir di depan terus berenang dengan semangat dan tanpa berhenti. "Aku seorang juara renang, tak mungkin kalah dengan sedikit gelombang! Akan ku kalahkan, pasti aku akan sampai di pantai!", pikir Amir sambil terus berenang. Akhirnya, dengan badan yang sudah lelah, Budi hanya berusaha mengambang dan pasrah mengikuti arus dan gelombang. Perlahan, tubuh Amir sahabatnya hilang dari pandangan... "Selamat tinggal sahabatku, selamat tinggal semuanya, mungkin kini tiba ajalku...", pikir budi dalam kepasrahan. Beberapa waktu kemudian, ternyata cuaca mulai menjadi cerah, badai dan gelombang pun reda. Melihat hal ini, Budi yang masih mengambang mengikuti gelombang, mulai bersemangat kembali, "Ha...ombak menghilang, dan disana, bisa kulihat pantai, aku harus berenang sekarang!". Dan Budi dengan perlahan berenang di air yang tenang, dan mencapai pantai dengan selamat.

Begitu tiba di pantai, ia berseru memanggil sahabatnya Amir, tapi Amir tak tampak. Ia kemudian bertanya pada beberapa pengunjung dan nelayan yang ada disana, tapi mereka pun tidak merasa melihat sahabatnya. Ia mulai panik, kemana Amir pergi, atau jangan-jangan...... "Ah... tidak mungkin, Amir juara renang, ia pasti akan selamat sampai di pantai", pikir Budi dalam hati. Tiba-tiba, di kejauhan, ia mendengar orang-orang berteriak. Tanpa berpikir panjang, ia segera berlari menuju kerumunan orang. Dan ketika ia tiba... ia melihat sahabatnya sudah terlentang, terbujur kaku, tanpa napas... Budi menangis, tak mampu berucap, dipandangnya semua orang, dan dari kerumuan seorang Bapak berkata, "Ketika ditemukan, ia sudah tidak bernyawa, terseret ombak, mungkin ia terus berenang menembus gelombang, menentang kekuatan alam......"

Demikian juga dengan gelombang dan badai kehidupan, kapan ia datang, tak bisa diramal pasti. Semua orang tanpa kecuali pasti menghadapi, tak mungkin bisa dihindari. Haruslah cermat untuk berhitung, kekuatan badai yang kita lawan, bila ia terlalu kuat untuk diterjang, tenangkan hati, jangan terlalu memaksakan diri, karena bila terus dilawan, badan akan lelah dan frustasi muncul dipikiran. Ada kalanya, sehebat apaun seseorang, ia harus pasrah sejenak, membiarkan dirinya mengikuti arus gelombang.

Hal ini bukanlah kekalahan, tapi inilah saatnya kita bertahan. Pada saatnya nanti, ketika gelombang dan badai mulai mereda dan keadaan menjadi tenang, pasti muncul peluang dan kesempatan. Saat itu, jangan sia-siakan, jangan terlena, segera lanjutkan perjalanan.
  • rss
  • Del.icio.us
  • Digg
  • Twitter
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Share this on Technorati
  • Post this to Myspace
  • Share this on Blinklist
  • Submit this to DesignFloat

0 komentar:

Posting Komentar